Penanaman Pendidikan Karakter Di Masa Pandemi – Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Edukasi Dalam Keadaan Darurat Penyakit Virus Corona (Covid-19). Saya belajar dari rumah. Mendikbud menegaskan, ruang pembelajaran daring/tatap muka hendaknya dimanfaatkan untuk memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik tanpa membebani mereka dengan persyaratan menyelesaikan seluruh mata kuliah kenaikan pangkat atau kelulusan. Mendikbud mengimbau daerah-daerah yang sudah mengajar di rumah agar memastikan gurunya juga mengajar di rumah demi menjaga keselamatan guru.
Mendikbud dalam isi Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 juga menyatakan bahwa pembelajaran daring/jarak jauh bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang virus corona dan wabah Covid-19 di kalangan pelajar. Kegiatan dan tugas belajar dapat berbeda-beda antar siswa, sesuai dengan minat dan kondisi individu, termasuk kesenjangan akses/peluang belajar di rumah. Bukti atau produk kegiatan pembelajaran berupa umpan balik kualitatif dan bermanfaat yang diberikan guru, tanpa perlu angka/skor kuantitatif. Meski banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran dari rumah, namun bukan berarti guru hanya memberikan perhatian kepada siswa, namun juga berinteraksi dan berkomunikasi untuk membantu siswa mencapai tujuannya. Guru tetap perlu berinteraksi dengan siswanya, meskipun tidak di dalam kelas.
Penanaman Pendidikan Karakter Di Masa Pandemi
Hingga saat ini, sekolah masih dipandang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai sumber pendidikan yang sebenarnya. Orang-orang masih melihat sekolah kelas dan kelas nyata dan online seperti itu
Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Permainan Tradisional Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Se-kecamatan Depok
Yang bekerja di bidang pendidikan online. Kami membuat keputusan sekolah yang mempengaruhi guru, siswa, dan orang tua di mana pun. Jika sebelumnya banyak sekolah yang menggunakan teknologi dalam pembelajaran, maka pada kondisi yang tidak biasa ini semua sekolah di Indonesia terpaksa menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar. Meskipun teknologi tidak sepenuhnya membantu dalam mempermudah proses pembelajaran. Banyak kendala siswa dalam pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran, khususnya siswa dan guru yang tinggal di daerah terpencil, dengan kondisi perekonomian yang tidak memungkinkan orang tua siswa memiliki PONSEL.
Dan membeli kuota internet untuk mengakses internet setiap hari. Terlepas dari keterbatasan di atas, tulisan ini ingin menyampaikan bahwa ada kendala yang tidak sampai pada teknologi, justru teknologi tidak bisa menjangkau salah satu unsur inti pendidikan yaitu pendidikan karakter. Dengan adanya pendidikan pembelajaran lanjutan, jika siswa harus belajar di rumah, jika guru mengajar di rumah, lalu siapakah yang mempunyai karakter dalam pendidikan siswa tersebut?
Salah satu ajaran bapak pendidikan Indonesia yang terkenal Ki Hajar Dewantara adalah “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Dengan mengintegrasikan pembelajaran mereka dengan tujuan karir tahun 2013, kita dapat mengambil setidaknya dua pembelajaran. Pertama-tama, setiap anggota keluarga harus diajarkan spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Kedua, setiap rumah harus mempunyai tempat bagi setiap anggota keluarga, khususnya anak-anak, untuk memperoleh sikap mental, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan untuk kehidupan yang bermakna di masa depan. Sikap mental dan sosial inilah yang akan membentuk perilaku peserta didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budi pekerti adalah sifat batin yang menuntun pada segala pikiran, tingkah laku, tingkah laku dan sikap manusia atau binatang lainnya. Pengetahuan, ketrampilan, dan budi pekerti yang baik tidak harus selalu diperoleh oleh guru yang mengajar di sekolah umum, namun harus diperoleh oleh orang tua dan orang dewasa di rumah dan disekitarnya.
“Dan ketika Luqman berkata kepada putranya, dia mengajarinya, wahai anakku! Mereka tidak menyekutukan Allah, sungguh, menyekutukan (Allah) sungguh suatu ketidakadilan yang besar.
Vol. 6 No. 1 (2020): Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa pendidikan karakter yang paling baik digambarkan adalah dilakukan oleh orang tua di rumah, karena pendidikan oleh orang tua merupakan pendidikan pertama yang diterima seorang anak sebelum ia dididik di luar, seperti sekolah atau madrasah. . Dan ayat ini menjelaskan bahwa orang tua sebagai orang dewasa di rumah, dan guru pertama bagi siswa, harus mencegah kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Selain itu, ayat berikutnya dengan jelas menjelaskan kepada kita prinsip-prinsip dasar pendidikan yang bersifat materil yang sangat kuat, yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang keimanan, ibadah, pertanyaan-pertanyaan sosial, dan pertanyaan-pertanyaan ilmiah, yang kemudian membentuk karakter anak untuk merawatnya. anak-anak
Penelitian yang dilakukan penulis dengan total 178 pertemuan, orang tua siswa mulai TK hingga SMA, menunjukkan bahwa orang tua sepakat bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya mempraktikkan pendidikan karakter tanpa bantuan guru. Orang tua mendidik mereka untuk sangat membantu membentuk dan membangun karakter anak-anaknya. Mereka merasa kehadiran guru sangat diperlukan dalam membangun karakter anak. Tanpa peran serta guru, orang tua tidak dapat membentuk dan membangun karakter anaknya dengan sebaik-baiknya.
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 178 responden, 92,1% (164 responden) menyatakan bahwa orang tua tidak dapat mengembangkan perilaku anaknya dengan baik tanpa peran serta guru.
Gambar 2 menunjukkan bahwa dari 178 responden, 88,2% (157 responden) menyatakan bahwa perilaku anak tidak dapat dibangun di rumah dan lingkungan anak tanpa partisipasi sekolah.
Dampak Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Bagi Pendidikan Karakter
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 178 responden, 98,3% (175 responden) menyatakan bahwa selama anak belajar di rumah, peran guru dalam membangun karakter siswa masih sangat diperlukan.
(belajar hidup dalam masyarakat global). Keempat pilar tersebut secara sinergis membentuk dan membangun pola pikir kelembagaan di Indonesia.
(belajar hidup dalam masyarakat global). UNESCO menekankan pentingnya pendidikan karakter dan memasukkannya ke dalam pilar pendidikan di seluruh dunia.
Menurut UNESCO, program pendidikan nasional Indonesia didasarkan pada paradigma pengembangan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana yang diusulkan dalam kurikulum. Usulan Kurikulum 2013 Revisi 2016 mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap mental, kompetensi, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dikembangkan melalui proses pengetahuan intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Rumusan Kompetensi Spiritual adalah “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dipegang teguh”. Rumusan Kompetensi Perilaku Sosial adalah: “Perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), kesopanan, percaya diri, interaksi efektif dengan lingkungan sosial dan alam, dalam aktivitas dan keberadaannya. Kedua kompetensi tersebut akan menjadi karakter siswa terbentuk dan dapat dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
Peran Guru Bimbel Dalam Pendidikan Karakter Anak Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Kampungbaru, Tanjunganom, Nganjuk: The Role Of Bimbel Teachers In Children’s Character Education During The Covid-19 Pandemic In Kampungbaru Village,
Yaitu misalnya sikap dan budaya sekolah dengan memperhatikan sifat mata pelajaran dan juga kebutuhan serta kondisi siswa. Dalam kondisi saat ini dimana anak-anak harus belajar di rumah, tidak mungkin membentuk perilaku siswa secara langsung atau melalui guru
Seperti di sekolah Sayangnya, pendidikan karakter untuk perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), kemanusiaan, amanah, dll. pembelajaran jarak jauh kini dianggap minim oleh orang tua, padahal pembelajaran jarak jauh difasilitasi oleh teknologi tepat guna.
Diagram 4 di atas menunjukkan bahwa dari 175 responden, 59,4% (104 responden) menyatakan guru kurang memberikan pendidikan karakter dibandingkan bahan ajar, 8% (14 responden) menyatakan bahwa dosen tidak memberikan pendidikan karakter. Hanya 32,6% (57 responden) yang menyatakan pendidikan karakter diberikan dengan proporsi yang sama dengan mata pelajaran.
Meski guru jauh dari mengajar, namun para orang tua sangat yakin bahwa pendidikan karakter di bawah pengawasan guru tetap diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana amanat UUD 1945.
Pendampingan Orang Tua Pada Anak Usia Dini Pada Masa Pandemi
Contoh checklist ini (2 untuk anak, 2 untuk orang tua) dapat menjadi alternatif bagi guru dalam memantau perilaku pendidikan siswa selama belajar di rumah.
Thomas Lickona dalam pendidikan karakter (1992) menekankan pentingnya tiga bagian karakter baik yang relevan secara global, yaitu
Tentunya pelaksanaan tindakan yang sesuai dengan nilai moral. Ketiga ciri ini berlaku secara global di seluruh dunia sesuai dengan sifat manusia. Untuk mencapai ketiga ciri tersebut diperlukan tiga tempat pendidikan yang bekerja sama, yaitu rumah, sekolah, dan masyarakat.
. Rumah, di bawah pengawasan ayah dan ibu, menjadi tempat dibinanya karakter yang kuat. Orang tua dapat memberikan rasa aman kepada anak, sehingga ia merasa dekat dengannya dan menjadi orang tuanya
Strategi Pendidikan Karakter Dalam Mengantisipasi Paham Radikal Dan Intoleran Di Sekolah
Pertama. Banyaknya generasi muda yang menjumpai artis atau artis atau orang lain di media sosial atau televisi bersifat negatif karena kurang optimalnya peran orang tua.
Mereka berada di rumah Menurut Megawangi (2003) beberapa kesalahan yang dilakukan orang tua dalam membesarkan anaknya adalah (1) orang tua tidak cukup menunjukkan kasih sayang dengan perkataan atau tubuhnya, (2) tidak meluangkan cukup waktu bersama anak dengan, mereka tidak memuaskan. bagi anak baik lahiriah maupun batin, (4) sehingga anak belum terlalu dewasa untuk bersikap bijaksana, (5) tidak menanamkan budi pekerti yang baik dan kuat pada diri anak.
(Sekolah dari rumah) masih bisa dikontrol dan diarahkan oleh guru. Salah satunya dengan memberikan power sheet. Ada beberapa sifat positif yang dapat dijelaskan oleh guru sesuai kompetensi inti kurikulum 2013, seperti religius, jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, toleran, gotong royong, santun, sadar diri, dan lain-lain. Guru dapat menjelaskan lembar kerja yang akan diberikan kepada siswa dan orang tua. Lembar kendali dievaluasi oleh guru, setelah itu guru memberikan umpan balik. Guru dengan demikian menegaskan bakat yang sudah baik, dan bakat yang masih asing. Guru juga bisa membagikan hadiah
WA secara private agar nama Anda terlindungi dan anak Anda tidak merasa terhina